Kasus Covid Di Indonesia Meningkat Karena Varian Baru

Kasus Covid Di Indonesia Meningkat Karena Varian Baru

Kasus Covid Di Indonesia Meningkat Karena Varian Baru – Ada peningkatan kasus, dari biasanya 10 menjadi 20 kasus per minggu, minggu lalu ada peningkatan menjadi 267 kasus per minggu, Situasi serupa tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di sejumlah negara Asia Tenggara lainnya, contohnya Singapura, Malaysia, dan Filipina.

Kasus Covid Di Indonesia Meningkat Karena Varian Baru

Kasus Covid Di Indonesia Meningkat Karena Varian Baru

roskapital – Lonjakan 19 di wilayah ini menjadi sorotan, terutama menjelang libur Natal dan Tahun Baru. Kementerian Kesehatan juga menghimbau masyarakat untuk berhati-hati saat bepergian di dalam negeri atau ke negara dengan jumlah 19 yang meningkat.

Apa saja gejala Covid terkait munculnya varian EG.2 dan EG.5?
Seorang warga Jakarta, Vela Andapita, mengidap Covid-19 setelah kembali dari Singapura pekan lalu.

Vela mengaku sebenarnya tidak merasakan gejala apa pun setelah kembali dari Singapura pada 28 November. Namun Vela justru mendapat kabar adanya lonjakan 19 di Singapura. Lalu saya berpikir, saya baru pulang dari sana kemarin jadi saya sudah waspada, kalau ada gejala saya akan siap memeriksanya. Berlayar di BBC News Indonesia, Rabu (12 Juni).

Beberapa hari berlalu, Vela melanjutkan harinya seperti biasa. Hingga akhirnya ia masuk angin setelah kehujanan saat berkunjung ke pasar. Saya kira masuk angin karena gejalanya mirip, hanya menggigil dan bersin.

Vela merasa gejala yang dirasakannya mirip dengan gejala flu pada umumnya dan berangkat ke kantor keesokan harinya, Senin (4/12). Namun menjelang malam, bersin dan batuknya semakin parah.

“Pada malam hari saya merasakan getaran yang luar biasa. Demamnya mencapai 38,8 derajat Celcius dan paginya badan saya terasa babak belur, hancur banget,” ujarnya.

“Kalau sakit rematik, rasanya seperti demam biasa. Bukan itu. Badanmu terasa seperti ada yang memukulmu.”

Vela kemudian menyadari bahwa dia mengalami gejala serupa saat terinfeksi Covid-19. 19 pada Februari 2022. Ia memutuskan juga membeli alat tes antigen melalui aplikasi pembelian online.

Akhirnya saya tes sendiri dan ternyata benar, kedua garis itu sudah tidak menyamar lagi , sudah jelas sekali. Kemarin , akhirnya saya isolasi seara mandiri,” ujarnya.

 

Baca Juga : Rekomendasi Merk Biola Terbaik Di Indonesia

 

Selama isolasi mandiri, Vela terus gemetar. Ia juga merasakan sakit di sekujur seluruh tubuhnya.

“Kemarin parah banget, pas kena air aku sangat gemetar. Duduk sangat sakit, jadi aku hanya bisa berbaring sepanjang hari kemarin” kata Vela.

Setelah beristirahat seharian pada Selasa (12 Mei), keesokan harinya Vela merasa lebih baik. Badannya tidak lagi gemetar dan ia sudah bisa mandi seperti biasanya. Aku sudah tidak gemetar lagi, aku sudah bisa mandi, tapi indera penciumanku masih agak kabur. Mungkin butuh proses. Semua datang dan pergi, tapi hari ini aku sudah bisa beraktivitas,” Vela kata.

Vela kemudian mengatakan bahwa gejala yang dia rasakan sekarang lebih buruk dibandingkan saat dia pertama kali terinfeksi Covid pada Februari 2022. Sekarang saya bernapas agak sesak. Aku bangun.” “Aku bangun pagi ini dan suaraku hilang. Kalau untuk tingkat keparahan yang saya rasakan di skala 1 sampai 10, mungkin di tahun 2022 akan berada di angka 6. Sekarang 7 sampai 7,5,” ujarnya.

 

Kasus Covid Di Indonesia Meningkat

 

Covid dengan gejala ringan seperti ini biasanya bisa hilang dengan sendirinya setelah mengonsumsi vitamin dan obat antivirus. Namun, Syahril tidak menutup kemungkinan subvarian EG.2 dan EG.5 bisa menimbulkan gejala parah pada penderita penyakit penyerta.

Rektor Perguruan Tinggi Epidemiologi Indonesia Masdalina Pane juga mengatakan subvarian ini dapat menimbulkan gejala parah pada kelompok risiko tinggi.

Siapa mereka? Orang lanjut usia, orang dengan penyakit penyerta. Kalau mereka menderita asma, diabetes, atau tekanan darah tinggi, biasanya gejalanya parah meski infeksinya ringan,” ujarnya. kata Masdalina.

Namun, menurut Syahril, sejauh ini belum ada laporan kasus pasien subvarian Covid EG.2 dan EG.5 yang menunjukkan gejala parah.

Seberapa besar sih peningkatan kasus Covid karena akibat EG.2 dan EG.5?

Dibandingkan saat gelombang Omicron pertama kali melanda Indonesia, jumlah kasus kini jauh lebih rendah.

Menurut Kementerian Kesehatan, total kasus aktif Covid di Indonesia saat ini mencapai 149 kasus pada minggu ini.

Dari total tersebut, hanya 20% yang merupakanvarian EG.2 dan EG .5, sisanya didominasi varian XBB 2.

Namun jika melihat tren jumlah kasus Covid tahun ini, penularan justru meningkat dari akhir Oktober hingga November.

Ada 67 kasus pada saat itu, dibandingkan 50 kasus pada minggu sebelumnya. Setelah itu, kasus mingguan kembali meningkat menjadi 71 pada minggu berikutnya.

Pada minggu-minggu berikutnya kasus meningkat menjadi di atas 100 yaitu 143 (12-18 November), 136 (19-25 November), dan 237 (26 November-2 Desember). Syahril menyebutkan, ada 149 kasus lagi pada pekan ini.

Menurutnya, kasus tiba-tiba meningkat pada akhir Oktober karena ada juga kekhawatiran tentang Mycoplasma pneumoniae , yang menyebabkan lebih banyak orang yang melakukan tes dibandingkan sebelumnya. Tepat sekali. Pemeriksaan yang dilakukan justru meningkat.

Dia melihat tidak ada peningkatan rawat inap akibat Covid. Tidak ada laporan kematian orang akibat infeksi corona baru-baru ini. Sejauh ini kami belum menerima sinyal dari ahli epidemiologi rumah sakit mengenai peningkatan kasus yang signifikan di rumah sakit. “Semuanya masih terkendali,” katanya.

Namun Masdalina tetap mewanti-wanti warga dan pemerintah agar tidak berpuas diri. Menurutnya, jumlah kasus Covid diperkirakan akan meningkat dalam dua hingga tiga minggu ke depan.

Di tengah kemungkinan lonjakan kasus Covid, beberapa pihak merasa takut melihat masyarakat yang terkesan tidak peduli, apalagi setelah Presiden Jokowi mencabut status pandemi dan membubarkan gugus tugas virus corona. Bahkan beberapa inisiatif warga seperti Laporkan Covid dan Jaga Covid sudah tidak aktif lagi.

Bagaimana upaya pemerintah mencegah lonjakan kasus?
Syahril menjelaskan, meski perhatian warga tidak lagi terfokus pada Covid, pihaknya tetap melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran lebih lanjut di tengah peningkatan kasus.

Dia menguraikan dua upaya pemerintah. Pertama, menjangkau komunitas dan menarik perhatian mereka.

Harus berhati-hati dan memperhatikan diri sendiri dan lingkungan sekitar. danGunakan PHBS dan terapkan protokol kesehatan. Jika ada yang sakit, diminta memakai masker dan mengobati dirinya sendiri maupun isolasi

Selain itu, upaya juga dilakukan di entry point . Jadi jika ada orang yang bepergian ke negara yang kasusnya sedang meningkat, hendaknya berhati-hati. Kalau tidak begitu.

Namun, Masdalina mengingatkan bahwa pembatasan bukanlah solusi untuk mengendalikan epidemi.

Ia berpendapat pemerintah harus lebih fokus pada penyediaan infrastruktur dan fasilitas agar masyarakat memiliki akses terhadap layanan kesehatan, mulai dari vaksinasi hingga rawat inap. Sebagian kecil penduduk akan tertular dan menderita penyakit serius.” “Oleh karena itu, penyediaan kapasitas tempat tidur yang cukup merupakan tanggung jawab pemerintah,” ujarnya. Infrastruktur lain, seperti oksigen dan obat-obatan, tidak boleh hilang dan harus tetap seperti saat varian Delta menyerang kita.”